Assalamu'alaikum Dunia

RSS

Selasa, 12 April 2011

Teologi Al maun dan Pengentasan Kemiskinan

Teologi Al Maun dan Pengentasan Kemiskinan. Salah satu ciri gerakan Muhammadiyah di masa awal adalah orientasi praktis untuk menyelesaikan persoalan yang sedang di hadapi oleh masyarakat. Orientasi praktis tentu saja bukan berarti mengabaikan aspek pemahaman keagamaan yang mendalam. Bahkan, dari berbagai dokumen secara meyakinkan di temukannya korelasi antara pemahaman keagamaan dengan amal kegiatan. Pendek kata dalam melakukan gerakannya untuk penyelamatan dan kesejahteraan hidup masyarakat, muhammadiyah senantiasa mendasarkan pada dua hal yaitu, keimanan yang mengakar kuat dan pemahaman yang cermat terhadap realitas di sekitar nya. Muhammadiyah memahami bahwa tujuan luhur didirikannya agama adalah untuk menyelamatkan, membebaskan, dan mencerahkan kehidupan. Dalam konteks saat ini, di antara bentuk bentuk penyelamatan itu antara lain membebaskan manusia dari berbagai masalah seperti kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan. Sejak awal Muhammadiyah menolak sikap keberagamaan yang pasif dan dogmatif . Sebaiknya mengajak masyarakat untuk beragama secara aktif dan menyelesaikan masalah masalah yang bisa di terima dengan akal sehat. Muhammadiyah sebagai agen gerakan sosila keagamaan di tuntut untuk dapat melakukan perubahan yang dirasakan langsung oleh masyarakat. Karena itulah KH Ahmad dahlan berupaya meletakkan basis teologi muhammadiyah yang bersifat konseptual, namun sekaligus dapat menyentuh praksis perubahan social. Disinilah KHA Dahlan menawarkan konsep Al Maun sebagai basis yang menjadi landasan gerakan actor Muhammadiyah. Islam memberikan perhatian yang mendalam terhadap orang orang lemah, yaitu orang orang yang miskin dan tertindas. Menurut islam, beriman dan berislam tidak sempurna jika tidak di ikuti oleh pemberian dan bantuan terhadap orang yang memberikan pertolongan. Dalam surat Al maun dengan tegas Allah menyatakan bahwa orang yang mempunyai kelebihan harta tapi tidak membantu orang yang membutuhkan pertolongan di sebut sebagai pendusta agama. Isi surat Al maun ini membicarakan beberapa sifat manusia yang di pandang sebagai pendusta agama dan ancaman terhapad orang orang yang melakukan sholat dengan lalai da riya’. Cukuplah kiranya surat Al maun ini menyadarkan kita bahwa beriman dan ber islam tidak sempurna jika tidak mempedulikananak anak yatim dan orang orang miskin di sekitar kita. Kita harus membuang jauh jauh anggapan bahwa keimanan terpisah dengan realitas social. Banyak pakar menilai bahwa marak nya aksi kekerasan dan teriris me di negri ini di sebabkan karena penduduk negri ini barada dalam lingkaran kemiskinan. Kemiskinan menyebabkan seseorang atau sekelompok gampang frustasi, berpikir pendek, dan cepat putus asa, sehingga mereka banyak di jebak untuk melakukan aksi akais kekerasan dan terorusme. Bahkan negri ini tidak akan pernah terbebas dari aksi aksi kekerasan selama kemiskinan masih menjerat penduduk negri ini. Karena itu, marilah kita tegakkan agama dengan membumikan pesan Almaun dalam keseharian kita guna meringankan penderitaan orang miskin di sekitar kita dan agar mereka merasa ada yang perduli terhadap mereka.Jika kemiskinan telah berlalu dari negri ini, maka negri ini tidak akan menjadi ladang subur bagi persemuaian benih benih terorisme. Kontekstualisasi Ideology gerakan Muhammadiyah. Fenomina gerakan Muhammadiyah pada awal abad ke -20 banyak menarik minat studi ketimuran. Kemunculan gerakan pembaharuan di tengah kolonialisasi menyiratkan dua arti/makna, yaitu menandai titik balik kesadaran ( truning point of consciousness) kalangan pribumi/islam ketika berhadapan dengan tembok kolonialisasi yang berdiri berdiri kokoh hampir di semua dunia islam, sekaligus merintis gerakan perlawanan melalui jalur cultural. Konsistensi kiprah organisasi yang lahir di kauman Yogyakarta ini dalam komitmen gerakan cultural nya menorehkan konstribusi pemikiran dan peran aktif dalam proses mencerahkan kehidupan beragama, mencerdaskan dan menyadarkan harga diri umat, serta meningkatkan harkat dan martabat bangsa. Suatu ketika, pemuda Sujak, dengan penuh keberanian mengajukan pertanyaan kepada kyiainya, Ahmad Dahlan, apa sebabnya pengajian “arooaita” (Surat Al Maun) selalu saja diulang, malah sudah ketiga kalinya, padahal mereka sudah hafal dan mengerti maksudnya. Lalu KH Ahmad Dahlan bertanya, “Apakah kalian sudah mengamalkannya?” Pemuda Sujak tadi menjawab, “sudah bahkan setiap kali sholat saya membaca ‘arooaita’”. Lalu KH Ahmad Dahlan menanggapi, “Bukan itu yang saya maksudkan. Pengajian jumat yang akan datang, masing-masing orang membawa seorang miskin, anak yatim, makanan, beserta lauk pauknya, pakaian yang masih baik serta sabun untuk mandi.” Maka ketika tiba waktu pengajian berikutnya, beliau tidak menyuruh para santrinya membaca Al Quran tetapi memandikan anak yatim yang dibawa oleh para santrinya, mempersilahkan mandi orang-orang miskin yang sudah dewasa, sesudah mandi diberi pakaian yang bersih dan baik. Kemudian mereka bersama-sama makan dengan para anak yatin dan orang miskin itu. Sesudah itu sebelum pulang, para anak yatim dan orang miskin itu diberi bungkusan. Setelah kegiatan itu selesai seluruhnya, dengan wajah tanpa ekspresi yang berlebihan KH. Ahmad Dahlan berkata kepada para santrinya, “Sekarang mari kita pindah kekajian berikutnya.” Seperti itulah sedikit gambaran praktek pengajian yang dikelola KH Ahmad Dahlan. Beliau sering mengulang-ngulang materi pengajian sampai para santrinya benar-benar faham dan mau mengamalkannya. Beliau tidak melanjutkan kajian ke tema yang lain sebelum tema sebelumnya benar-benar dipahami oleh santrinya dan para santrinya mau dan tahu cara pengamalannya. Salah satu contoh dampak dari pengajian surat Al Maun di atas, para santri beliau lalu memikirkan cara-cara yang efektif untuk menolong anak yatim dan orang miskin. Maka didirikanlah rumah yatim piatu untuk menolong anak yang yatim piatu dan mendirikan lembaga Penolong Kesengsaraan Oemat (PKO) untuk membantu orang-orang miskin yang diantara kegiatannya yaitu berkerja sama dengan dokter-dokter orang Belanda (pada waktu itu dokter yang ada cuma orang-orang Belanda) melakukan pengobatan gratis bagi orang-orang miskin. Metode KH. Ahmad Dahlan dalam mengkaji Al Quran tidak semata-mata hanya dibaca dan dipahami, tetapi meningkat pada pelaksanaan kongkrit di tengah-tengah masyarakat. Pemahaman terhadap Al Quran belum sempurna bila tidak diiringi pelaksanaan ajaran-ajaran tersebut dalam kehidupan nyata. Kejumudan dan kemiskinan yang di alami oleh rakyat Indonesia pada saat itu bukan hanya di sebabkan oleh penjajahan senata. Namun juga oleh sikap pemahaman yang salah terhadap ajaran islam. Melalui persyarikatan Muhammadiyah, Kyai Dahlan mempunyai cita cita social yang ingin di wujudkannya, terutama pembelaan dan pemberdayaan terhadap kaum mustadifin. Dalam melaksanakan cita cita social nya ini, kyai Dahlan tidak hanya berteori dan menganjurkan, akan tetapi juga bersedia berkorban untuk mempraktekkan cita cita social nya, yakni terutama tercapai nya suatu masyarakat egaliter yang menyantuni anak anak yatim dan orang orang miskin. Disuatu pagi buta Kyai Dahlan memukul kentongan untuk mengumpulkan tetangganya untuk mau membeli peralatan rumah tangganya seperti kursi, meja, jam dinding, dan sebagai nya dalam sebuah lelangan spontan. Kyai Dahlan menjelaskan bahwa perolehan dari lelangan tersebut akan di gunakan untuk “modal”perjuangan, termasuk menyantuni fiqora(kaum fakir), masakin(kaum miskin), dan anak anak yatim. Tak salah kiranya jika menurut Amin Abdullah jika kyai Dahlan di sebutsebagai “a man of action” dan bukan “a man of thought”semata. Inilah yang menjadikan persyarikatan Muhammadiyah bias eksis sampai saat sekarang ini yaitu”sedikit bicara banyak bekerja”atau”satu kata dengan perbuatan”. Jika di teliti lebih lanjut, cirri cirri perjuangan Muhammadiyah yang mencakup:Muhammadiyah sebagai gerakan Islam, Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah amar ma’ruf nahi mungkar, Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid, maka dapat kita tarik bahwa semuanya itu mempunyai implikasi terhadap relita social. Dengan kata lain , kesemuanya itu tidak bisa di pisahkan dari aspek social. Dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah di sebutkan bahwa maksud dan tujuan Muhammadiyah adalah “mewujudkan dan menjunjung tinggi agama islam sehinnga terwujud ny masyarakat utama, adil dan makmur yang di ridhai Allah SWT. Ini berarti maksud dan tujuan dari persyarikatan Muhammadiyah tak lain dan tak bukan adalah ingin mewujudkan Islam sebagai rahmatan lil alaminbukan hanya bagi umat islam semata, namun juga bagi umat yang lainnya. Lintas agama, suku, ras, bangsa, malah juga bagi makhluk lainnya seperti hewan dan tumbuhan. Peran Umat Bagi Pencerahan Peradaban Islam. Pada saat kapitalisme hadir sebagai ideoligi dominan, agama yang di harapkan sebagai ideology alternative, ternyata juga tidak mampu menawarkan advokasi terhadap ketimpangan social, apalagi sebuah solusi. Agama nyaris tidak menyentuh proses social yang tidak adil, sebalik nya yang lahir dari agama adalah culture struggle dan social struggle. Memasuki abad ke -21 ini, masyarakat bangsa yang mayoritas umat Islam belum bangkit dari tidur panjang nya. Ia masih menjadi objek tak berdaya dari kekuatan kapitalisme global dan berbuah pada konstruk pembangunanisme yang di praktekan saat ini pada semua level pemerintahan kita. Kemerdekaan yang kita raih, ternyata masih sebatas kemerdekaan dari penjajahan fisik, namun belum merdeka dari kemiskinan, keterpurukan, kebodohan dan keterbelakangan. Muhammadiyah sebagai organisasi modernis islam tertua di Indonesi yang didirikan oleh KH Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H atau 18 November 1912 di Yogyakarta lahir sebagi perwujudan keprihatinan karena melihat kenyataan umat Islam yang tidak menjadikan Al Qur’an dan tuntutan Rosulullah sebagai sumber ajaran yang murni.Dalam hal ini KH Ahmad Dahlan menghendaki agar dengan Muhammadiyah, masyarakat Islam membumikan dan menggerakkan Islam dengan pendekatan keorganisasian. Prof DR Hamka mencatat tiga faktor yang mendorong lahir nya Muhammadiyah. Pertama, keterbelakangan dan kebodohan umat Islam dalam hampir semua bidang kehidupan.Kedua, kemiskinan yang parah yang di derita umat.ketiga, kondisi pendidikan Islam yang sangat kuno seperti pada pesantren pada saat itu. Latar ini adalah lahiran dari pesan Islam yang termaktub dalam Al Qur’an, tepat nya pada ayat ayat Al Maun. Di tengah kondisi social keutamaan yang semakin timpal, kemiskinan menjadi tontonan di depan mata, dan keterbelakangan sangat akrab dengan keadaan kita maka menjadi teguran keras bagi “institusi-institusi” Agama, termasuk Muhammadiyah untuk melakukan respon secara optimal. Maka dari itu Muhammadiyah harus secara lebih serius mampu menunjukkan eksistensi Islam akan keperduliannya terhadap kaum lemah dengan melakukan interupsi social sebagai keprihatinan iman yang selama ini di nikmati sendiri. Maka dari itu di tengah semarak nya muncul nya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, Muhammadiyah muncul dengan gerakannya yang bertitik pada kepedulian social yang di wujudkan dengan amal usaha nya seperti pendirian rumah sakit Muhammadiyah,sekolah sekolah Muhammadiyah, panti asuhan Muhammadiyah dan pendirian panti jompo yang semuanya itu adalah bentuk dari kepedulian terhadap kaum yang lemah dan guna menyelamatkan bangsa dari kemiskinan,kebodohan dan keterbelakangan. Karena muhammadiyah mengartikan bahwa agama adalah penyelamatan dan yang perlu di selamatkan disini adalah bukan hanya diri sendiri melainkan lingkungan dan sekitar demi mewujudkan Negara yang adil makmur yang di lindungi oleh Allah SWT.Teologi Almaun (Al manuisme, meminjam istilah prof Din Syamsudin) ini adalah bukti keberpihakan Islam kepada kelas masyarakat tertindas oleh kebringasan struktur dan cultur global. Sehingga Islam tidak cenderung elitis, Simbolis yang hanya melahirkan manusia manusia yang saleh secara individual. Muhammadiyah dan Amal Usahanya Banyak orang yang mau jadi anggota muhammadiyah karena ingin menjadi karyawan di amal usaha muhammadiyah. mereka hanya mencari hidup di muhammadiyah. padahal Pak KH A. Dahlan pernah berwasiat yang intinya, hidup-hidupkanlah muhammadiyah dan jangan mencari hidup dari muhammadiyah. kalau kita menghayati kata-kata itu, beliau berharap agar anggota muhammadiyah membangun masyarakat, negara dan ummat Islam melalui sarana persyarikatan Muhammadiyah, hal ini berarti anggotanya harus berkorban harta,waktu, dan jiwa untuk mewujudkan hal tersebut. bukan malah mencari harta di muhammadiyah. Pak Dahlan saja pernah menjual seluruh hartanya kecuali beberapa baju dan peralatan rumah tangga yang pokok. beliau lakukan itu untuk mendukung dakwahnya dan menjadikan rumahnya sebagai madrasah. pak AR Fachrudin ketika meninggal, dia tidak meninggalkan harta. di kasih mobil sama Pak Presiden suharto malah di berikan untuk Muhammadiyah, rumahnya sekarang jadi gedung PP Muhammadiyah Jl Cik Ditiro. Tetapi yang jadi masalah, amal usaha Muhammadiyah itu dah terlalu banyak, tetapi anggota Muhammadiyah yang kompeten mengurus amal itu masih sangat sedikit. akhirnya yang mengurusi amal usaha itu banyak dari orang-orang yang hanya mencari hidup dari Muhammadiyah atau orang-orang yang berkepentingan memanfaatkan amal usaha muhammadiyah untuk tujuan kepentingan pribadinya atau kelompoknya. Alangkah baiknya kalau amal usaha muhammadiyah dikelola oleh Anggota Muhammadiyah yang tahu apa tujuan didirikan amal usaha itu dan berusaha mewujudkan tujuan itu, bukan sekedar profesional. dah banyak amal usaha muhammadiyah yang karyawannya tidak mengerti tujuan didirikan amal usaha itu, yang dipikirkan oleh mereka bagaimana amal usaha itu menghasilkan profit yang tinggi. akhirnya biaya rumah sakit atau poliklinik Muhammadiyah jadi mahal, biaya sekolah atau kuliah jadi mahal, dll. Tahukah Anda, dulu rumah sakit Muhammadiyah zaman pak KH A. Dahlan sebagai rumah sakit rakyat kecil, berobat disana gratis. sekolah muhammadiyah menjadi sekolah alternatif bagi rakyat miskin karena biayanya murah bahkan gratis. bukankah salah satu tujuan didirikan muhammadiyah untuk membantu rakyat miskin, yatim piatu, rakyat miskin kota, dan para gelandangan? Profesional itu wajib, mencari profit untuk membiayai dan mengembangkan amal usaha itu harus, tetapi jangan sampai mengesampingkan tujuan muhammadiyah itu. yang terjadi sekarang adalah banyak orang yang menjadi karyawan amal usaha tapi ga ngerti tujuan muhammadiyah, akhirnya amal usaha itu dibuat layaknya perusahaan pada umumnya, hanya mengejar profit. ga cukup hanya profesional tapi harus faham tujuan Muhammadiyah dan berusaha mewujudkan tujuan itu melalui amal usaha muhammadiyah dimana dia bekerja. kalau merekrut karyawan dari luar kader Muhammadiyah karena kekurangan karyawan, bagaimana karyawan baru itu harus ditraining dan di kader supaya faham tujuan Muhammadiyah dan mau berjuang mewujudkan tujuan Muhammadiyah melalui amal usaha dimana dia bekerja. Menurut KH Ahmad Dahlan, dalam setiap diri individu harus terintegrasi dengan baik kesempurnaan intelektual dengan kesucian hati. Integrasi intelektual dengan kesucian hati tersebut akan melahirkan keselarasan antara kecerdasan dan kearifan. Keseimbangan tersebut akan termanifestasi dengan jelas bila setiap orang mengacu ke dalam Al Quran sambil menempuh proses lima langkah, yakni: 1. manusia membutuhkan sesuatu yang akan dapat terpuaskan melalui agama, 2. kekuatan refleksi agama dalam kehidupan masyarakat tergantung pada kualitas manusianya, 3. beragama itu memiliki dasar (Al Quran dan As Sunnah) dan sesuai dengan fitrah manusia, 4. manusia harus menambah ilmunya terus-menerus, 5. ilmu yang dikuasai harus diamalkan secara nyata. Dari paparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pemikiran KH. Ahmad Dahlan sebenarnya tertuju pada Al Quran yang harus dipahami dengan kemampuan intelektual sambil diikuti dengan ketulusan hati. Ketiga tumpuan tersebut akan melahirkan semangat penafsiran agama secara ilmiah yang diletakkan atas keprihatinan terhadap realitas sosial. Gagasan ini kemudian menjadi dasar bagi beliau untuk mendirikan organisasi yang diberi nama Muhammadiyah. Maka lewat Muhammadiyah, beliau berusaha supaya umat Islam kembali kepada Al Quran dan As Sunnah dalam menangani masalah kemunduran dibidang agama. Beliau menganjurkan untuk menghidupkan semangat ijtihad bagi yang orang yang sudah mampu. Kondisi keterbelakangan, kemiskinan, dan kebodohan ummat Islam ditanggapi beliau dengan mendirikan sekolah-sekolah, rumah sakit, panti asuhan, serta perhatian terhadap orang-orang terlantar.

شكرا على حسن إهتمامكم